CERMIN KU



AKU CUMA DEBU ??

aku yang dulu menghambur dari rahim bumi
sekarang,
melangkah timpang di jalanan penuh lubang


aku berteriak
di bawah redup remang cahaya bulan
aku merasuk
ke belantara jiwa mu yang berwarna kelam


ku coba membuka semua catatan kemaren
bersama gitar, ku petik dawai-gemawai tanya dalam jiwa
lalu hanyut dan berenang bersama melodi naik turun yang kaku
melompat dari satu nada ke nada berikutnya
dan kemudian, aku pun bertanya


dimana bintang-gemintang,
di saat rembulan sedang merindu?


telah kucari cinta hingga ke ribuan persimpangan
telah kulalui hari diantara mabuk,
diantara nanar dan diantara gila
namun, kau tak pernah ada,
entah di sana, entah dimana


ah..
aku memang sudah gila
s’lalu beranggapan tulisan ini sebagai cahaya dari lentera
yang ku beri api dari irama gemuruh di dada
agar tak sesat di jalanan gelap yang penuh jebak
namun pada akhirnya,


tulisan ini pun hanya menjadi sajak yang merana

lalu sekarang
aku hanya meraba seperti seorang fakir yang buta
seperti harapan seorang hamba yang iktikaf penuh debar
berdoa, bersujud, hanya untuk dapatkan lailatur qadar


padahal aku tahu, di hutan, di gunung,
hanya kunang-kunang yang terbang menyebar


ah..
ini hanya seperti mimpi yang bertabrakan dengan hasrat
berharap menjadi wali dan berlidah suci,
padahal semua orang tahu
nabi-nabi itu kudus dan maksum penuh mukjizat
dan percuma saja ku telan semua hijaiyah tanpa harkat
jika aku tak mampu mengenali wujud dari cinta marifat


oh..
pada jiwa-jiwa yang keliru
tak ada kehidupan jika tak ada kematian
dan biarkan malam menelan semua pemikiran
anggaplah ia sebagai pokok dalam kemasan
seperti embun yang membungkus debu
menyatu biru di sela daun // spm